profil desa menari tanon ngrawan getasan semarang jawa tengah


DUSUN TANON DESA NGRAWAN KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH
MENEBAR HARMONI,MERAJUT INSPIRASI, MENUAI MEMORI

DESA WISATA, MENJALIN HARMONI TRADISI DENGAN MODERNISASI
Masyarakat tradisional termasuk didalamnya masyarakat desa di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, dimana nilai-nilai yang ada senantiasa berproses dari  permasalahan-permasalahan yang ada disekitar mereka. Mulai dari masalah mengenai hakikat hidup, masalah karya dan etos kerja, masalah hubungan manusia dengan alam dan sesamanya serta permasalahan-permasalahan yang lain. Dibalik semua pergolakan dan permasalahan-permasalahan itulah nilai-nilai terus mengkristal menjadi karakter dan lambat laun menjadi karakter kolektif hingga menjadi budaya. Masyarakat “desa” dalam era modern ini semakin terjebak dalam ruang ambigu antara harus mempertahankan nilai-nilai luhur mereka seperti : kegotong royongan, tepo sliro, mengedepankan harmoni serta nilai-nilai luhur mereka dengan nilai-nilai modernisasi yang semuanya dinilai dalam sudut pandang yang seragam yaitu kebutuhan hidup yang serba materialistik. Pergolakan batin sosial inilah yang kemudian menjadikan masyarakat desa menjadi sangat rentan untuk menjadi komoditi budaya popular sehingga nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi penuntun untuk terus melangkah menjadi buyar dan lambat laun ditinggalkan.
Pergolakan batin sosial seperti ini menjadikan kegersangan kolektif yang memicu kerinduan akan suasana masa lalu untuk kemudian dijadikan spirit menjalani masa depan. Sebuah terobosan untuk memecah kebuntuan perasaan ambigu bagi masyarakat desa adalah bagaimana mereka tetap tinggal di lingkungan dan kumunitas komunal mereka disuatu desa dan menjadikan mereka produktif sehingga kebutuhan mereka tetap terpenuhi. Tata cara kehidupan,ekpresi jiwa dalam kesenian, hingga kekayaan potensi alam  pedesaan menjadi nilai tawar tersendiri bagi masyarakat global untuk  bernostalgia dengan masa lalu mereka atau masa lalu para pendahulunya , mencoba menyerap intisari rasa dan makna kehidupan yang diajarkan agar dapat mematik gairah dan energy emosional mereka sehingga mereka bisa lebih produktif dikeseharian mereka. Keambiaguan masyarakat desa serta tuntutan kebutuhan masyarakat modern akan nilai-nilai dapat dijembatani dengan memunculkan hubungan mutualisme yang produktif dan positif, yaitu bagaimana mereka dapat saling dipertemukan dalam satu ruang yang setara. Desa wisata menjadi terobosan untuk memecah kebutuhan dua kebutuhan komunitas social tersebut.
Desa wisata merupakan sebuah desa yang bermetamorfosis dari desa yang sisi-sisi orisinalitasnya tergerus oleh roda jaman untuk merecoveri kembali potensi nilai-nilai dan potensi alam menjadi nuansa pembelajaran bersama dan memberikan kontribusi positif baik sisi spiritual,emosional,maupun material bagi masyarakatnya. Masyarakat desa wisata membuka diri agar mereka bisa menjadi media pembelajaran akan nilai-nilai alam dan masa lalu bagi para peminat yang berkunjung didalamnya. Tentunya ada nilai-nilai orisinalitas tradisi dan budaya masa lampau yang disuguhkan dengan balutan kreasi dan ekplorasi untuk menjadikan potensi yang ada didesanya memiliki nilai jual bagi wisatawan yang berkunjung. Dalam medium silaturrahmi sosial itulah ada transfer nilai yang harapannya dapat dipelajari dari kedua belah pihak.  Para wisatawan dapat menikmati nostalgia dan belajar kembali nilai-nilai yang dapat dihayati untuk dijadikan spirit dalam keseharian. Sedangkan masyarakat desa yang dikunjungi dapat belajar tentang spirit kemajuan serta nilai-nilai modern yang dapat disinergikan dengan nilai-nilai lokal mereka agar kedepan mereka menjadi masyarakat yang produktif dengan tetap memegang teguh nilai-nilai luhur nenek moyang mereka. Dengan semangat inilah masyarakat Desa Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah menawarkan nilai-nilai serta potensi alam yang ada untuk saling dipelajari dengan  diawali memunculkan DUSUN TANON sebagai embrio desa wisata.

DUSUN WISATA TANON,MERAJUT KENANGAN TUK MENUAI MEMORI
dusun Tanon adalah salah satu dusun yang masuk dalam wilayah Desa Ngrawan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. Terletak di bawah kaki Gunung Telomoyo yang di huni oleh 37 kepala keluarga dan 157 jiwa menawarka  suasana alam pedesaan yang masih jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kehidupan sosial  modern yang serba semrawut. Didalamnya hidup rukun warga masyarakat dalam rumpun keluarga dari keturunan Ki Tanuwijoyo yang sebagian besar masyaraktnya adalah petani dan peternak, ternyata menyimpan beberapa potensi yang dapat dieksplorasi dan dapat ditawarkan menjadi media pembelajaran bersama. Masyarakat dusun tanon masih menjaga tatacara tradisi leluhurnya. Masyarakat yang komunikasi sosialnya dengan mudahnya digerakkan dengan media berkesenian. Secara historis masyarakat dusun tanon merupakan masyarakat yang gemar berkesenian, sejak era jayanya ketoprak klasik, mayoritas masyarakat dusun tanon terlibat dalam kelompok karawitan. Seiring dengan meredupnya kesenian ketoprak masyarakat dusun tanon menyerap kesenian tradisi lain. Saat ini kesenian yang terkelola dengan baik adalah kuda lumping dan topeng ireng. Inilah salah satu pintu yang cukup efektif untuk menggerakkan masyarakat menuju pembelajaran selanjutnya.

Disisi lain, kehidupan masyaraktnya yang sebagian besar bertani dan beternak juga menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk menopang pilar kemasyarakatan. Dari kalangan muda mulai muncul benih-benih bagaimana mengolah potensi alam yang ada tersebut menjadi komoditi pasar yang layak jual. Eksplorasi tersebut memunculkan pengolahan susu sapi dari hasil budidaya masyarakat menjadi sabun susu dan minuman yang kaya nutrisi yaitu susu herbal “ArenRay”. Kreatifitas warga masyarakat lainnya yang bisa dijumpai adalah kerajinan daun mendong menjadi barang produktif lainnya. Potensi pertanian yang dipadukan dengan peternakan kedepan menjadi media eksplorasi yang terus dikembangkan untuk memajukan sisi perekonomian masyarakat dusun tanon. Sehingga homogenitas mereka diharapkan tetap terjaga sebagai masyarakat yang menekuni kesenian dan produktif secara material.

Komentar